TEMPO.CO, Jakarta - Politik identitas rupanya masih menjadi momok bagi kubu Calon Presiden inkumben Joko Widodo atau Jokowi. Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Andreas Pareira mengatakan dengan memilih Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Ma'ruf Amin, Jokowi menjawab persoalan politik identitas.
Baca: Kekuatan dan Kelemahan Cawapres Maruf Amin Kata Voxpol Center
"Banyak variabel berubah ketika menentukan siapa cawapres. Salah satunya politik identitas," kata Andreas di Gedung Pakarti Centre, Jakarta, Senin, 20 Agustus 2018. Andreas mengatakan Ma'ruf Amin bisa meredam politik identitas yang selama ini dialamtkan kepada Jokowi. "Untuk sementara saya bilang selamat tinggal politik identitas."
Jokowi memang kerap diserang dengan isu yang berkaitan dengan politik identitas. Dalam Pemilihan Presiden atau Pilpres 2014, misalnya, ada kelompok orang yang menyebarkan isu bahwa Jokowi nonmuslim. Selain itu, ada juga kabar burung yang menyatakan mantan Gubernur DKI Jakarta ini terafiliasi dengan Partai Komunis Indonesia (PKI).
Simak juga: Menolak Ucapan Selamat Natal, Ini Lima Kontroversi Ma'ruf Amin
Dalam kurun waktu empat tahun pemerintahannya, alih-alih dikritik soal program kerja, ada segelintir orang yang menyerang Jokowi dengan isu berbau rasial. Misalnya, di awal tahun lalu, Jokowi disebut terlalu dekat dengan Cina sehingga meloloskan banyak pekerja asing dari sana.
Bagaimana pemilih mempertimbangkan sara untuk menentukan pilihan mereka? Baca kelanjutannya...